Resensi Buku: I See You Like a Flower oleh Na Tae Joo

By Zeezee - Januari 03, 2021


Judul: I See You Like a Flower

Penulis: Na Tae Joo

Penerbit: Haru Media

Tebal: 164 hlm.

Harga: Rp81.000,-

Terbit: Mei 2020

 

Aku baru menyelesaikan buku ini kemarin dan sangat bersemangat untuk menuliskan resensinya. Selama ini, aku selalu membaca buku puisi, tapi jarang sekali menulis resensi untuk buku-buku tersebut. Ini buku puisi kedua setelah Love and Misadventure (Cinta dan Kesialan-Kesialan) dari Lang Leav yang aku resensi di blog ini.

Sama dengan buku Lang Leav, I See You Like a Flower juga merupakan buku puisi terjemahan yang ditulis oleh Na Tae Joo dan disunting oleh Adimas Immanuel. Seperti yang bisa kamu tebak dari nama penulisnya, buku puisi ini berasal dari Korea Selatan.

Puisi dibagi menjadi tiga bagian dan memiliki total 115 puisi dalam buku ini. Seirama dengan judul buku, kamu akan menemukan puisi dengan judul nama-nama bunga. Misalnya, “Bunga Poppy Merah”, “Bunga Violet”, “Gugurnya Bunga Magnolia”, “Bunga Krisan 1”, dan “Bunga Krisan 2”.

Selain nama-nama bunga, kamu juga akan menemukan judul yang menggunakan kata bunga itu sendiri. Sebut saja, “Bunga Bagi Satu Sama Lain”, “Bayang-Bayang Bunga”, “Bunga 1”, “Bunga 2”, “Bunga 3”, atau “Hai, Para Bunga”. Nuansa alam sangat kental dalam buku ini karena selain bunga, banyak puisi yang memiliki judul berkaitan dengan pepohonan dan musim.

Aku menemukan mayoritas puisi dalam buku ini berbicara tentang cinta, perpisahan, hubungan percintaan, atau orang-orang tersayang yang disampaikan melalui simbolisasi bunga, alam, pepohonan, dan musim. Tema lain selain cinta yang akan ditemukan di antaranya tentang kesendirian dan keluarga.

Saat membaca puisi-puisi di buku ini, aku merasa ada nuansa melankolis yang sangat kuat. Barangkali karena mayoritas puisi berbicara tentang cinta dan hubungan antarmanusia. Selain itu, juga karena gaya puisi dan diksi yang digunakan, membuat puisi terasa lebih puitis dan romantis. Puisi di bawah ini misalnya.

 

Cara Hidup

Aku menggambar di hari aku merasa rindu

aku mendengar musik di hari aku merasa sepi

 

tapi di hari-hari selain itu

aku hanya perlu memikirkanmu.

 

Puisi di atas hanya salah satu contoh bagaimana puitis dan romantisnya puisi-puisi bertema cinta dalam buku ini. Contoh lainnya ada puisi “Doa Harian”, “Pulau”, “Bintang”, “Bunga -1”, atau “Bunga Poppy Merah”.

Melalui beberapa puisi tersebut, aku mendapatkan kesan bahwa “aku” dalam berbagai puisi di buku ini memandang cinta dan orang yang disayangi sebagai sesuatu yang sangat penting, bahkan dibandingkan pribadi “aku” sendiri.

Kadang penyair menghadirkan kesan seperti itu sebagai sebuah sindiran pada orang-orang yang terlalu mencintai orang lain, tapi aku rasa tidak dalam buku ini. Puisi cinta dalam buku ini terasa sangat tulus karena begitulah yang dimaksudkan oleh “aku”, bahwa dia memang mencintai pasangannya dan seolah tak bisa hidup tanpanya.

Kurasa, karena perasaan tulus yang hadir dalam larik puisi, menjadikan puisi-puisi cinta dalam buku ini menjadi sangat manis. Aku tidak tahu apakah ini pemahaman yang benar, tapi setidaknya pemikiran tersebutlah yang terlintas saat membaca dan menamatkan buku ini.

Sebenarnya tidak semua puisi dalam buku I See You Like a Flower menjadi favoritku. Ada beberapa yang sangat kusuka, ada yang sangat menyentuh hati, ada yang terasa sangat menyedihkan, ada juga yang membuatku berkerut, dan ada juga yang tidak kupahami dengan baik.

Walau begitu, secara keseluruhan, menurutku puisi-puisi dalam buku ini mudah dimengerti dengan diksi dan simbol yang mudah diartikan. Kamu tidak akan menemukan banyak kesulitan untuk memahami maksud penulis dalam puisi-puisinya. Karena itu juga, membaca puisi-puisi dalam buku I See You Like a Flower menjadi lebih menyenangkan.

Aku juga tidak akan bosan mengulang membaca buku ini karena meski tidak semua puisi kusuka, puisi yang kusuka lebih banyak dibandingkan yang tidak!

 

Foto: penerbitharu

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar