Resensi Buku: Harimau! Harimau! oleh Mochtar Lubis

By Zeezee - Desember 25, 2020


 

Judul: Harimau! Harimau! 

Penulis: Mochtar Lubis

Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tebal: vi+214 hlm.

Harga: Rp55.000,-

Terbit: 1992, 2018

 

Binatang bisa menjadi lawan yang begitu berbahaya. Jika pun tidak berbahaya, binatang tetap saja bukan lawan yang mudah. Sebelumnya, aku membaca buku PakTua yang Membaca Kisah Cinta dan dia harus berhadapan langsung dengan macan kumbang betina. Kisah lain, The Old Manand The Sea, seorang nelayan tua dengan ikan besar hasil pancingannya. Kedua kisah ini dan juga buku yang sekarang aku resensi menunjukkan binatang merupakan lawan yang sangat melelahkan sekaligus sangat menarik.

Buku ini Harimau! Harimau! merupakan buku Indonesia klasik yang sangat terkenal. Secara singkat, Harimau! Harimau! bercerita tentang tujuh orang pencari damar di hutan yang akhirnya menjadi buruan seekor harimau kelaparan.

Perkenalkan karakter penting dalam buku ini, ada Wak Katok, Pak Balam, Pak Haji, Buyung, Sutan, Sanip, dan Talib. Mereka bertujuh sudah sering berangkat bersama menuju hutan untuk mencari damar. Selain diperkenalkan para tokoh utama, di awal cerita, pembaca juga akan mengetahui karakter tiap tokoh dan peran mereka dalam masyarakat.

Namun, bukan berarti itu kenyataan sebenarnya. Seiring berjalannya cerita, tiap tokoh dan juga pembaca akan melihat fakta lain mengenai tujuh tokoh utama dalam buku ini. Wajah asli para pencari damar tersebut semakin terlihat saat harimau mulai memburu mereka seolah-olah topeng yang mereka gunakan terlepas dengan sendirinya.

Karakter asli tiap tokoh mengejutkan tokoh lainnya dan juga pembaca. Karakter mereka jauh lebih gelap bahkan dibandingkan dengan hutan lebat. Aku sudah mulai bisa merasakan adanya masalah yang lebih besar saat ketujuh orang ini menumpang tinggal di rumah Wak Hitam selama mencari damar di dalam hutan.

Saat harimau mulai memburu mereka bertujuh, mereka tentunya tak bisa berhenti memikirkan kenapa mereka bisa menjadi buruan. Dari alasan, seperti mereka mengambil buruan harimau, alasan mistis (yang juga sangat kental melingkupi keseluruhan cerita), hingga harimau dikirim oleh Tuhan untuk membalas dosa-dosa dan kesalahan yang mereka lakukan.

Lalu, mulailah mereka berperang dalam hati dan pikiran sendiri. Tidak sekali juga, tokoh mengingat kesalahan yang mereka lakukan di rumah Wak Hitam. Ada satu adegan yang diperlihatkan dengan jelas siapa melakukan apa, tetapi pada akhir cerita kita akan tahu tidak hanya itu yang terjadi.

Satu kalimat yang sangat bagus dari Pak Haji, yang bisa menggambarkan emosi cerita dan kamu pun dapat membayangkan situasi dalam buku ini. 

“… sebelum kalian membunuh harimau yang buas itu, bunuhlah lebih dahulu harimau dalam hatimu sendiri….”

Sisi gelap manusia, seperti keserakahan, nafsu pada harta, atau keegoisan digambarkan layaknya harimau yang hidup dalam hati tiap orang. Sepanjang perburuan, para tokoh selalu diingatkan untuk mengakui dosa-dosa dan memohon ampunan sebelum terlambat, serta “membunuh” harimau dalam diri sendiri.

Bagi beberapa tokoh sulit untuk melakukannya, bahkan hanya untuk menghadapi dalam dirinya sendiri. Perang batin tiap karakter ini tanpa sadar melemahkan mereka, menimbulkan kecurigaan dan prasangka terhadap satu dengan yang lain, serta memperuncing konflik dalam cerita. Pembaca akan diajak menyelami pikiran tiap tokoh dan kita akan terus bertanya-tanya kesalahan apa yang dilakukan oleh tokoh ini dan siapa korban berikutnya.

Secara keseluruhan, keseruan cerita ini masih sangat layak untuk dinikmati hingga hari ini sekalipun buku ini sudah lama terbit. Kamu tidak akan menyesal membaca buku ini. Awalnya, aku juga khawatir mengenai ejaan yang digunakan, tapi ternyata Yayasan Pustaka Obor Indonesia menerbitkan buku ini dengan ejaan bahasa Indonesia saat ini. Jadi, para pembaca tidak akan mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami cerita.

Buku Harimau! Harimau! juga tidak terlalu tebal sehingga bisa diselesaikan dengan cepat. Aku juga suka pilihan font yang digunakan. Hanya saja, untuk cetakan buku yang aku beli, nama Mochtar Lubis tertulis berbeda di sampul dan punggung buku. Bagian sampul tertulis Mochtar Lubis, sementara di punggung buku Muchtar Lubis.

Berhubung ini buku lama, bagi kamu yang mau beli cetakan terbaru, tapi bingung di mana, kamu bisa mendapatkannya di toko buku Post Bookshop karena aku juga membelinya di sana.

Selamat membaca!

 

Foto: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar