Kicauan: Pembahasan Puisi Na Tae Joo

By Zeezee - Januari 06, 2021


Musim Semi Kecil

oleh Na Tae Joo

 

Musim semi kecil bertengger di dahan pohon

menjadi merdu kicau burung.

 

Musim semi yang lebih kecil

tinggal dalam hatiku.

 

Hari ini pun aku tersedu

sambil memandang dirimu.

 

 

Setelah menamatkan buku I See You Like a Flower oleh Na Tae Joo, aku ingin membuat tulisan khusus untuk salah satu puisinya. Semacam tulisan di pembahasan puisi sebelumnya yang pernah aku buat. Meski puisi dalam buku ini terbilang mudah dimengerti, kesulitan pertama yang aku hadapi justru memilih puisi yang ingin aku bahas.

 

Ada total 115 puisi dan banyak puisi yang merupakan favoritku. Masalahnya, banyak di antara puisi tersebut yang cukup singkat, seperti hanya 1 bait dan 2 larik atau 1 bait dan 4 larik. Aku khawatir jika puisi terlalu singkat tidak banyak yang bisa aku bahas.

 

Setelah memilih cukup lama, aku akhirnya memilih puisi ini. Puisi di atas terdiri dari 3 bait dengan 2 larik di setiap baitnya. Ini bisa menjadi puisi bertema cinta, didukung oleh suasana yang terbangun dari diksi di setiap larik. Entah kenapa aku merasa ada kerinduan setelah membacanya.

 

Sebelumnya, aku mencari tahu apa yang identik dengan musim semi di Korea Selatan dan salah satu hasil yang keluar ialah lagu-lagu bertema cinta. Salah satunya, lagu-lagu ceria seputar orang yang saling jatuh cinta. Barangkali tidak ada hubungannya dengan puisi ini, tapi latar belakang tersebut bisa membantuku memahami lebih baik keseluruhan makna puisi.

 

Larik “musim semi kecil bertengger di dahan pohon / menjadi merdu kicau burung” menunjukkan musim semi yang mulai terasa dan terlihat. Pepohonan mulai kembali terlihat warnanya. Cuaca menjadi lebih hangat dan kicau burung pun terdengar.

 

Bait berikutnya kita tahu bahwa “musim semi yang lebih kecil” ternyata tinggal dalam hati pengisah “aku”. Musim semi yang berada di alam dan selalu berganti ternyata menetap dalam hati sosok “aku”. Jika musim semi identik dengan kebahagiaan saat jatuh cinta dan menjalin hubungan, bisa dipahami bahwa kebahagiaan tersebut selalu dalam hatinya sekalipun musim berganti.

 

Namun, bait berikutnya “aku” tersedu sambil memandang sosok “dirimu”. Kata “dirimu” di sini ialah lawan bicara “aku” sehingga kita hanya mendengarkan pembicaraan antara “aku” dengan “dirimu”. Musim semi yang tinggal dalam hati “aku” membuatnya menangis. Mungkinkah “aku” menangis karena saking bahagianya? Menangis karena bisa bersama orang yang dia sayangi?

Sebaliknya, jika musim semi identik dengan sesuatu yang menyedihkan, seperti perpisahan dan kesendirian. Bait terakhir barangkali bisa menjadi penunjuk bahwa “aku” merasa sedih karena hubungan mereka yang tidak berjalan sesuai dengan harapan.

 

Berhubung suasana empat musim dan apa pun yang terkait dengan musim tersebut bukan hal yang akrab denganku, aku berusaha mencarinya seperti yang sebelumnya kusebutkan. Jika menggunakan hasil pencarian tersebut, “aku” kemungkinan menangis karena terlalu bahagia bisa bersama orang yang disayanginya. Kebahagian musim semi yang berlanjut setiap harinya tidak peduli musim sudah berganti.

 

Selain itu, “aku” pun tersedu sambil memandangnya sehingga bisa diasumsikan mereka masih bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Dua orang yang berpisah tidak mungkin sering-sering bertemu, bukan?

 

Diksi “hari ini pun” menunjukkan hari-hari sebelumnya dia merasakan hal yang sama. Hari ini dan sebelumnya, dia merasa bahagia, terharu, tak percaya, atau ungkapan apa pun yang bisa menggambarkan betapa senangnya dia bersama orang yang disayanginya. Jadi, tersedu karena bahagia lebih mungkin bagiku dibandingkan “aku” bersedih.

 

Bagaimana menurut kamu? Penjelasan di atas terasa sangat sederhana, bukan? Penjelasan ini barangkali tidak sepenuhnya benar atau bisa saja kurang lengkap. Namun, sekian yang bisa aku tangkap dan jabarkan.

 

Meskipun singkat, setidaknya mari merayakan bahwa kita telah berpuisi hari ini! Semoga ada lebih banyak puisi yang bisa kita hayati dan nikmati di masa depan!

 

Selamat berpuisi! 

 

Photo by Zosia Korcz on Unsplash

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar