Judul: Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta
Penulis: Luis SepúlvedaPenerbit: Marjin Kiri
Tebal: x + 133 hal.
Harga: Rp44.000,-
Terbit: Agustus 2017
Awal melihat buku ini, aku
tertarik dengan judulnya Pak Tua yang
Membaca Kisah Cinta. Namun, jangan membayangkan buku ini akan membahas
berbagai kisah cinta. Blurb buku ini
menuliskan tentang macan kumbang dan belantara Amazon. Ada perburuan,
pertarungan, dan isu lingkungan yang dibawa.
Pak Tua yang dimaksud bernama
Antonio José
BolÃvar
dan hobinya membaca novel-novel kisah cinta. Ia hidup seorang diri di desa
kecil El Idilio (masuk dalam wilayah kedaulatan Ekuador) dan umurnya sudah
menjelang 70 tahun. Dia dikenal sebagai sosok yang sangat mengenal kawasan hutan
di sekeliling daerah tersebut oleh warga sekitar.
Konflik bermula ketika ada orang
kulit putih yang mati terbunuh. Dengan melihat luka juga barang milik orang
yang tewas tersebut, Pak Tua tahu bahwa macan kumbang betina yang melakukannya.
Bukan tanpa alasan, orang tersebut membunuh anak-anaknya yang masih kecil dan
melukai jantannya.
Bisa dibilang macan kumbang
betina itu membalas dendam pada orang tersebut. Masalah semakin pelik karena macam
kumbang yang marah ini tidak hanya memburu pembunuh anak-anaknya, tapi juga
setiap manusia yang dia temui.
Khawatir macan terus mendekat ke
arah pemukiman warga, Pak Walikota mengajak sejumlah orang untuk memburu macan
kumbang betina tersebut. Pak Tua tentu saja dilibatkan walau sebenarnya dia tak
mau ikut.
Perburuan akhir macan kumbang ini
terasa sangat menegangkan sekaligus menyedihkan. Bagaimana macan kumbang
memburu manusia karena keluarganya dibunuh hanya untuk kepentingan pribadi dan
bagaimana pada akhirnya macan kumbang tersebut juga diburu untuk menyelamatkan
nyawa manusia lebih banyak.
Cerita yang ditulis oleh Luis Sepúlveda
ini mengingatkan kita tentang fakta yang terjadi walau sering terlupakan, bahwa
ada makhluk lain yang hidup bersama kita dan tidak seharusnya manusia
mengganggu habitat serta kelangsungan hidup mereka hanya untuk kepentingan
duniawi semata.
Macan kumbang tersebut melawan
dengan apa yang dia bisa, memberi ancaman dan peringatan serta pembelajaran
bagi manusia agar tidak terlalu egois. Oleh sebab itu, akhir dari cerita ini
terasa sangat pilu untukku walau aku tahu tampaknya tak bisa dihindari. Ini
mungkin akhir cerita yang paling mungkin terjadi di dunia nyata.
Buku ini tidak terlalu tebal,
tapi cukup untuk menyampaikan cerita dan pesannya tanpa bertele-tele. Salah
satu yang membuat buku ini tambah menarik, Pak Tua menjelaskan kasus pembunuhan
yang terjadi layaknya detektif. Penuh dengan analisis yang sangat cerdas.
Terjemahan dan tata letak per
halamannya pun akan membuat kamu nyaman membacanya. Seperti halnya Rumah Kertas dan The Old Man and The Sea, ini buku singkat berkualitas yang bisa
dibaca tanpa memakan waktu yang lama.
Ini buku ketiga dari Marjin Kiri yang
kubaca dan berharap ada banyak karya lain seperti ini untuk mengisi waktu! (Z)
Foto: marjinkiri