Resensi: Love & Misadventure (Cinta & Kesialan-Kesialan) by Lang Leav
By Zeezee - Agustus 08, 2016
Judul: Love & Misadventure
(Cinta
& Kesialan-Kesialan)
Penulis: Lang Leav
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Tebal: 168 hlm.
Harga: Rp38.000,-
Terbit: 2016
Anda suka membaca
puisi? Aku termasuk pecinta puisi dan akan dengan senang hati membaca puisi
karya siapa pun. Seperti buku puisi yang akan aku bahas berikut ini merupakan hasil
rekomendasi dari temanku, judulnya Love
and Misadventure (Cinta & Kesialan-Kesialan) karya Lang Leav. Yep, buku
puisi ini merupakan buku terjemahan. Kalau novel atau buku fiksi diterjemahkan
barangkali sudah biasa, tetapi bagaimana dengan puisi?
Barangkali tidak
jauh berbeda, bagian tersulitnya mungkin terletak pada cara penyampaian puisi tersebut
(?). Dalam puisi, orang tentu sudah umum dengan rima, diksi, atau bunyi kata yang
terdengar sama dan memengaruhi indahnya sebuah puisi, lalu bagaimana jika kata
yang digunakan dalam bahasa terjemahan tidak memiliki akhiran bunyi yang sama? Karena
menurutku, salah satu yang membuat puisi menarik ialah pilihan katanya dan dua
bahasa yang berbeda jelas akan memengaruhi hasil puisi. Pertanyaan-pertanyaan
seperti itu sempat terlintas karena aku sendiri tidak tahu apakah ada aturan-aturan
tertentu dalam menerjemahkan sebuah buku puisi atau mungkin aturannya sama saja
dengan karya fiksi atau nonfiksi?
Kembali ke buku,
buku puisi ini dialihbahasakan oleh M. Aan Mansyur dan terbagi dalam tiga
bagian, bagian 1 “Kesialan-Kesialan”, bagian 2 “Sirkus Duka Cinta”, dan bagian 3 “Cinta”. Seperti judul buku dan bagian-bagiannya, puisi dalam buku ini bicara
mengenai cinta dan segala kisah mengenainya, seperti jatuh cinta, patah hati,
atau cinta bertepuk sebelah tangan.
Jika kalian malas
membaca buku puisi karena takut tidak memahami isinya, puisi yang dihadirkan dalam
buku ini barangkali akan sedikit berbeda. Puisi-puisi dalam buku ini tidak memiliki banyak
bait ataupun larik-larik yang panjang dan menurutku banyak
di antaranya yang mudah dipahami. Pilihan kata-katanya pun cenderung sederhana,
tetapi dengan makna yang mendalam. Seringkali aku menemukan maksud sebenarnya puisi pada
larik-larik akhir yang membuatku bisa menyatukan potong-potongan kata di larik
sebelumnya menjadi sebuah arti yang utuh. Seperti puisi yang berjudul “Pertanyaan”
berikut ini.
….“Apakah kaumencintaiku?” Aku bertanya.Dalam kebimbanganmu kutemukan jawaban. (hal. 65)
Beberapa puisi juga
diawali dengan sebuah cerita. Cerita tersebut seperti sebuah pengantar,
jembatan kepada pembaca untuk memahami situasi karakter dan mengantarkan kita
ke makna puisi di bagian akhir. Aku sendiri tidak tahu harus menyebut bagian “cerita” tersebut dengan nama apa, tapi begitulah anggapanku saat
melihat puisi-puisi dengan bentuk seperti ini. Anda bisa
menemukannya dalam puisi “Lagu Sedih” (hal. 91), “Mimpi” (hal. 133), “Jiwa”
(hal. 143), atau “Malaikat” (hal. 153).
“Lagu Sedih”Dahulu kala ada seorang laki-laki yang tidak bisa bicara, tapi ia adalah kotak musik yang menampung semua lagu di dunia. Suatu hari ia bertemu seorang gadis yang belum pernahmendengarkan satu nada pun seumur hidup. Laki-laki itu memainkan lagu favoritnya. Ia melihat wajah si gadis berbinar penasaran ketika musik memenuhi langit danlarik-larik sajak yang jadi iriknya menggetarkan hati dengan cara yang tak pernah dirasakan gadis itu sebelumnya.….….………………………………………………………………………………………………..Kau ingat lagu yang berkumandang pada malam kita bertemu pertama kali?Tidak, tapi aku ingat semua lagu yang kudengarkan sejak kau pergi.
Apa Anda dapat
merasakan kesedihan dalam puisi tersebut? Karena puisi dalam buku ini bercerita tentang
cinta yang tidak selalu bahagia, Anda akan mudah menemukan puisi dengan aura
kesedihan seperti puisi di atas. Namun, puisi yang menggambarkan indahnya jatuh
cinta atau cinta itu sendiri pun ada dalam buku ini. Buatku, mengenai apa pun
isi puisi tersebut, puisi-puisi dalam buku ini dapat membangkitkan rasa simpati,
kecuali kalau aku tidak mengerti maksud puisi yang sebenarnya (hhe).
Sementara
sampulnya, sampul buku asli dan versi Indonesia sama, simple dan tidak berlebihan dengan ilustrasi wajah seorang anak
perempuan. Di setiap bagian, pembaca juga akan menemukan ilustrasi dari anak
perempuan yang sama yang melengkapi isi buku. Entah
kenapa, saat melihatnya, aku merasa ilustrasi itu untuk menggambarkan sang penulis karena Lang Leav juga berponi seperti gambar tersebut (hhe).
Sekian dan selamat
membaca, intinya puisi-puisi dalam buku ini cukup menyenangkan dan tidak akan
membuat pusing kepala atau mulut cape membaca berulang-ulang karena tidak
mengerti artinya. Siap-siap untuk mengenang kisah cinta Anda dalam setap puisi yang
ada!
Ini salah satu
puisi favoritku “Pengembara” (hal. 49). (Z)
Seperti apakah dia?Aku pernah diberitahu—dia adalah jiwayang murung.Dia menyerupaimatahari bagi malam;kilau emas sesaat.Bintang yang redupoleh pagi yang mekar;cahaya kerliplillin yang ditiup.Layang-layang kesepianmelayang tanpa arah dan hilang—pernah sekali waktu ada seorangmembuatnya terbang.
Foto: gramedia
0 komentar