Sebenarnya aku tidak berniat menonton
drama ini, tapi di minggu-minggu terakhir sebelum drama ini selesai masa
tayangnya di Korea, aku memutuskan, begitu saja, untuk menonton Reply 1988.
Bagi pecinta drama Korea, drama ini pasti sudah tidak asing. Sebelumnya sudah
ada Reply 1997 dan Reply 1994, tapi ketiga drama ini tidak saling berhubungan,
hanya dibuat dengan satu tema.
Pada dasarnya drama
ini berkisah
mengenai persahabatan dan cinta, yang berbeda, selama drama berjalan penonton tidak benar-benar mengetahui siapa yang akan menjadi suami atau pasangan pemeran utama wanita di
masa depan. Dengan kata lain,
penonton harus menebak sendiri dari jalan cerita yang ada. Tema itu juga masih berlaku untuk seri ketiga drama tersebut, tapi tema lain
yang kuat terasa dalam seri ini ialah kekeluargaan.
Karena penonton “harus” menebak, biasanya suara penonton akan
terbagi dan akhirnya memunculkan pendukung untuk tiap tokoh yang memiliki kemungkinan terbesar sebagai suami di masa depan. Reply 1988 juga
menghadirkan Tim Taek dan Tim Jung-hwan. Jelas, kan? Salah satu di antara mereka merupakan pemeran utama dan yang lain pemeran utama kedua.
Aku tidak akan membicarakan
drama ini secara keseluruhan dan tidak juga per-episode, hanya episode delapan belas. Kenapa? Karena bisa dibilang di episode ini semua kisah cinta
seolah menemukan titik terang, yang terpisah bertemu kembali, yang putus bisa ngobrol lagi, dan yang ragu terhadap
perasaannya mendapat jawaban, dan yang menjadi pemeran utama pria akhirnya ketahuan
(hhe). Bagi karakter lain, episode ini
merupakan awal dari akhir bahagia untuk kisah cinta mereka, tapi bagi Jung-hwan dan pendukungnya,
termasuk aku,
ini episode terakhir.
Kiri-kanan: Sun-woo, Deok-sun, Taek, Jung-hwan, Dong-ryong |
Mari berkenalan
dengan gang Ssangmun-dong kita, ada Sung Deok Sun (Lee Hyeri), Kim Jung Hwan (Ryu Jun-yeol), Choi Taek (Park Bo-gum), Sung Sun
Woo (Go Kyung-pyo), dan Ryu Dong Ryong (Lee Dong-hwi)
yang sudah bersahabat dari kecil. Episode ini dimulai
dengan karakter kita yang telah tumbuh dewasa dan bekerja, pulang ke rumah. Mereka
akan berkumpul untuk merayakan hari ulang tahun Taek. Mereka berkumpul hingga malam dan saat
Deok-sun pergi, terlihat Jung-hwan dan Taek yang memandang tempat Deok-sun tadi duduk.
Keduanya sudah lama
menyukai Deok-sun. Namun, karena Jung-hwan mengetahui bahwa
Taek juga menyukai Deok-sun,
Jung-hwan
memutuskan untuk melupakan perasaannya pada Deok-sun.
Hal yang sama dilakukan juga oleh Taek. Jadi, pada tahap ini mereka berdua
menahan perasaan dan keinginan untuk memiliki Deok-sun demi persahabatan mereka. Namun, tatapan mata yang mengikuti kepergian Deok-sun tersebut juga membuktikan perasaan
tersebut tidak pernah berubah.
Keputusan untuk menyembunyikan
dan menahan perasaan itu membuat keduanya masih memiliki kemungkinan yang sama besar. Jadi, hingga di
titik ini aku masih berharap, tapi harapan tersebut kandas dipertengahan episode. Deok-sun yang tidak mau diejek oleh teman-temannya, berbohong kalau dia akan menonton konser dengan
teman kencannya (janji tersebut sebenarnya sudah dibatalkan) walaupun dia
hanya memakai pakaian rumah. Saat itu cuaca
sudah mulai dingin, pasti aneh bagi Jung-hwan dan Dong-ryong jika
Deok-sun berkeras bilang akan nonton konser dengan
pakaian seperti itu.
Namun, toh Deok-sun sampai juga di tempat konser, sendirian dan kedinginan. Sementara Jung-hwan dan Dong-ryong pergi menonton film. Di bioskop, Jung-hwan melihat
teman kencan Deok-sun bersama perempuan lain. Jung-hwan berpikir dan berpikir sebelum akhirnya pergi menyusul Deok-sun. Jung-hwan terburu-buru, khawatir, dan tidak tenang dalam perjalanan. Saat dia tiba, dia
melihat Deok-sun dan … Taek.
Benar sekali saudara-saudara, Taek tiba lebih cepat dan
Jung-hwan
terlambat. Dia berbalik kemudian pergi dengan hati yang sedih. Dalam narasinya Jung-hwan berkata bahwa takdir tidak datang padamu setiap waktu dan setidaknya jika ingin menggunakan istilah tersebut (takdir) harus
ada kejadian dramatis yang
disebabkan oleh sebuah kebetulan. Kebetulan-kebetulan
itulah yang menciptakan sebuah takdir. Karena itu juga, nama lain dari takdir adalah “timing”.
Jung-hwan menyalahkan lampu
merah yang dilewati dalam perjalanan, seandainya sekali saja dia tidak terjebak oleh lampu merah, dia akan berdiri di hadapan Deok-sun seolah bahwa itulah takdir. Baginya, perasaannya selalu saja terhalang oleh “timing” yang tidak tepat. Namun, pikiran
tersebut berubah saat dia mendengar di radio bahwa Taek sengaja membatalkan pertandingan baduknya (Taek merupakan seorang pemain baduk) demi alasan pribadi. Sekali lagi, Jung-hwan menyesali keputusannya.
“Pada akhirnya, takdir dan timing tidak terjadi karena sebuah kebetulan. Keduanya merupakan hasil dari keinginan yang kuat dan pilihan sederhana yang menciptakan sebuah kejadian yang ajaib. Tegas dan membuat keputusan tanpa keraguan, hal itulah yang menciptakan ‘timing’ yang tepat,” (narasi Jung-hwan).
Jung-hwan akhirnya menyadari bahwa Taek
menginginkan Deok-sun melebihi dirinya dan seharusnya dia dapat lebih berani.
Bukan lampu
merah atau kemacetan yang menghalanginya, juga bukan “timing”,
melainkan keraguannya. Dia tahu bahwa ini takdir yang dia pilih dan seharusnya tidak ada penyesalan, kesedihan,
ataupun rasa patah hati dan Jung-hwan pun melakukan itu.
Dalam pertemuan berikutnya Jung-hwan seolah sudah bersiap melepas perasaannya pada Deok-sun. Dia merelakan perasaannya dengan cara yang luar biasa, yakni dengan sebuah “pernyataan cinta” dan itu menjadi akhir episode 18.
Pernyataan cintanya
menunjukkan berapa lama Jung-hwan
menyukai Deok-sun dan sedalam apa perasaannya. Jung-hwan menunggu satu jam di depan pintu hanya
untuk berangkat sekolah bersama, menunggu Deok-sun pulang saat malam hari dan tidak bisa tidur karena khawatir. Namun, di akhir, sambil menatap ke arah Dong-ryong dan Sun-woo, Jung-hwan bilang, “Puas?” Jadi,
itu APA?
Dong-ryong dan Sun-woo yang sepanjang Jung-hwan bicara juga sudah kebingungan (Dong:
Dia pasti serius, Woo: Udah diam!) tambah bingung ditanya begitu. Setelah beberapa detik, mereka akhirnya mengerti dan
tertawa bersama. Calon pasangan ini pun kandas dan Tim Jung-hwan menangis sedih. Di
akhir episode sudah hampir pasti bukan Jung-hwan yang akan menjadi suami Deok-sun, tapi pecinta couple ini
yang akut
bisa jadi masih berharap keajaiban
di dua episode terakhir. Namun, hal tersebut juga tidak terjadi karena episode
sembilan belas, Jung-hwan justru mendorong Taek untuk menyatakan perasaannya ke Deok-sun. Hufft.
Sebagai Tim Jung-hwan, aku sedih. Namun, yang paling menyedihkan
buatku kisah Jung-hwan merupakan yang paling
tragis di antara semua kisah pemeran utama kedua di seri Reply. Jung-hwan menyimpan perasaannya
selama bertahun-tahun seorang diri dan tidak seorang pun yang tahu. Dia tidak bisa bertindak dan mundur
demi persahabatannnya dengan Taek. Jung-hwan bahkan tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan terbuka pada Deok-sun yang ada hanya pernyataan-cinta-yang-bukan-pernyataan-cinta.
Hingga akhir episode, Deok-sun tidak
pernah tahu perasaan Jung-hwan yang sebenanya. Saat semua
kisah sudah terungkap pun penonton juga tidak diberitahu atau diceritakan mengenai keadaan Jung-hwan (apakah dia sudah menikah? dengan siapa dia menikah?).
Karena hal ini juga menurutku, kenapa Tim Jung-hwan
susah move on, mereka tidak tahu
apakah karakter yang mereka sukai pada akhirnya berbahagia.
Berbeda dengan pemeran utama kedua di Reply 1997 & Reply 1994. Di
Reply 1997, Tae-woong sempat berpacaran dengan Shi-won, sementara ending-nya Tae-woong bertemu dengan
perempuan lain dan menikah. Reply 1994 tidak sempat memberikan Chilbongie kesempatan
untuk menjadi pacar Na-jung, tapi setidaknya dia sempat memiliki harapan itu
dan akhirnya pun Chilbongie bertemu seseorang yang bisa kita anggap menjadi
pasangannya kelak.
Selain itu, pesan baiknya, belajar
dari Jung-hwan dalam hal apa pun, jangan berlama-lama dalam keraguan. Jung-hwan tahu apa yang harus dia
lakukan, tapi
dia membutuhkan waktu yang lama sekali untuk mengambil keputusan. Keraguan dia tidak dimulai hari itu, tetapi
sejak dulu, saat dia pertama kali menyukai Deok-sun. Dia bisa mengungkapkan perasaannya pada Deok-sun
sejak dulu, bahkan sebelum
Taek mengetahuinya atau menyadari perasaan Jung-hwan pada Deok-sun.
Namun, Jung-hwan menahannya dan tidak pernah melakukannya
demi persahabatan hingga akhirnya terlambat dan itu semua karena dirinya sendiri.
Aku juga suka dengan narasi Jung-hwan dan proses yang mengantarkan dia
pada kesadaran dan kenyataan yang ada, sekaligus kesalahan yang dilakukan.
Narasi tersebut terasa sedih, tetapi juga sangat pas dengan keadaan Jung-hwan. Narasi
tentang takdir itu barangkali menjelaskan semuanya. Entah itu cinta atau
pilihan hidup, semua dimulai dengan sebuah pilihan dan keberanian untuk
melakukannya. Keraguan
dapat
mengarahkan ke berbagai hal, tetapi di saat bersamaan keraguan hanya
menghabiskan waktu dan memperkecil kemungkinan terhadap apa pun yang bisa terjadi.
Pada akhirnya, ini hanya sebuah cerita, yang baik direnungkan, yang
tidak masuk akal, abaikan (hha). Karena cerita sudah berakhir begitu, lebih baik
mengasumsikan bahwa Jung-hwan bahagia, menikah, dan berteman dengan seluruh teman masa kecilnya hingga
tua. Penulis dan sutradara hanya tidak memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk
menceritakan semua proses tersebut.
Jika ada dunia paralel, semoga Jung-hwan memperbaiki kesalahan lebih
cepat dan mengubah keadannya menjadi lebih baik. Seandainya
dunia paralel itu tidak ada, mari berharap semoga penulisnya membuat drama tentang Jung-hwan seorang (hhe). Goodbye
fisrt love, goodbye Reply
1988! (Z)
2 komentar
Good girls,
BalasHapusBahasanya enak di baca, walaupun blm menonton drama ini 😁
Lanjutkan untuk review drama lainny ya, kalau boleh reques hospital playlist boleh🤭😁
Ahhh.... makasih sudah baca :) Aku nggak tahu kamu nulis komentar di sini. :0 Sedikit telat, tapi makasih sudah berkunjung, N! Untuk review drama, hmmm dibicarakan langsung aja kayanya hha.
Hapus