Resensi Buku: Rumah Kertas

By Zeezee - Desember 27, 2018


Judul: Rumah Kertas
Penulis: Carlos MarÍa DomÍnguez
Penerbit: Marjin Kiri
Tebal: vi + 76 hlm.
Harga: Rp36.000,-
Terbit: 2016

Pertama kali membuat resensi lagi setelah cukup lama. Walaupun kebiasaan membaca buku tidak berhenti dilakukan, menulis resensinya tampaknya membutuhkan waktu ekstra sekaligus keinginan yang kuat. Jangan bayangkan tekad kuat bagai baja, keinginan kuat yang kumaksud sesederhana menemukan bagus dan aku rasa orang lain perlu tahu.

Bukan berarti juga buku yang lain tidak bagus, tapi sekali lagi waktu tidak selalu tersedia atau habis untuk hal lain. Namun, buku ini membuatku merasa rindu untuk menulis resensi. Rumah Kertas karya Carlos MarÍa DomÍnguez menawarkan cerita yang tidak biasa. Buku tentang para pecinta buku, tipis saja, tapi sangat menakjubkan. Ada bagian di buku ini yang membuatku berhenti dan berkata, “Wow” karena ada karakter segila itu.

Sinopsis singkat, Rumah Kertas bercerita mengenai sebuah buku yang diterima oleh si “Aku” yang dialamatkan untuk teman sekantornya. Teman sekantornya, Bluma Lennon sudah meninggal tanpa sempat menerima buku tersebut. Buku itu menyimpan misteri, permukaannya dipenuhi oleh serpihan semen kering dengan perangko Uruguay, tapi tanpa disertai alamat pengirim. Berawal dari buku tersebut, dimulailah perjalanan mencari sang pengirim dan kamu akan terkejut dengan kenyataan yang dihadirkan oleh penulis.

Aku benar-benar terkejut saat mengetahui detail kisah sang pengirim dan aku rasa kebanyakan orang yang membaca buku ini juga merasa begitu. Mungkin tidak pernah terlintas dalam benak siapa pun ada kejadian seperti itu di di belahan dunia mana pun. Namun, kisah yang dituliskan oleh penulis terasa sangat nyata. Di satu sisi, kamu tahu hal ini hampir tidak mungkin, tapi di saat bersamaan kamu juga mengerti hal ini mungkin terjadi untuk seseorang seperti tokoh dalam buku.

Aku tidak akan menyebutkan nama para tokoh penting agar ketika kalian baca, rasa penasaran tersebut tetap ada. Sejujurnya, aku merasa setiap satu fakta ditemukan, semakin misterius cerita yang sesungguhnya. Hingga menjelang akhir cerita, pembaca akan menemukan jawaban yang mencegangkan dan mengerti kenapa buku ini dinamai Rumah Kertas.

Satu lagi yang kusadari, entah cinta atau sayang, berikan secukupnya terhadap apa pun termasuk pada buku. Karena rasa cinta yang terlalu mendalam, benar-benar bisa membuat seseorang melakukan hal yang gila.

Dari sisi lain, ini buku terbitan Marjin Kiri kedua yang aku beli setelah buku Mahfud Ikhwan, Dawuk. Baik dari tampilan halaman, spasi dan garis tepi, maupun kertas, membuatku nyaman membacanya. Selain itu, buku ini cocok untuk siapa pun yang tidak punya banyak waktu membaca, tapi menginginkan cerita berkualitas.

Secara pribadi, aku tidak menyesal membeli buku ini. Aku bahkan masih ingin mendiskusikan kisah buku ini dengan orang lain. Buku ini juga mengingatkanku pada buku Ernest Hemingway, The Old Man and The Sea, keduanya cerita yang terasa singkat, tapi meninggalkan kesan yang cukup dalam.

Siapa pun yang ingin mencoba bahan bacaan baru, bisa memilih buku ini dan siap-siap memasuki dunia pencinta buku yang tidak biasa. Siapa pun yang merasa penggila buku setelah membaca kisah ini akan mempertanyakan kembali panggilan tersebut.

Selamat membaca! (Z)


foto: marjinkiri

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar