Resensi Buku: Cinta di Dalam Gelas oleh Andrea Hirata

By Zeezee - Juni 25, 2020



Judul: Cinta di Dalam Gelas
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: xx + 316 hal.
Harga: Rp79.000
Terbit: November 2015 (Cetakan Kelima)


Kalau ditanya siapa penulis Indonesia favorit kalian, nama siapa yang akan kalian sebut? Aku akan menjawab Andrea Hirata sebagai salah satunya. Gaya bahasa yang dia punya merupakan salah satu yang terindah dan tidak pernah membuatku bosan untuk membacanya.

Buku ini, Cinta di Dalam Gelas mengingatkanku betapa aku sangat menikmati membaca karya Pak Cik ini. Cinta di Dalam Gelas merupakan buku kedua dari dwilogi Padang Bulan dan merupakan buku berseri kedua dari Andrea Hirata yang kubaca setelah Laskar Pelangi.

Aku sudah lama membeli buku ini, tapi baru bisa menyelesaikannya beberapa waktu yang lalu. Ada yang menarik mengenai penyajian cerita dwilogi ini. Di awal terbit, dwilogi Padang Bulan dicetak dalam satu buku dengan dua sampul berbeda di kedua sisinya.

Namun, saat aku membeli Padang Bulan, kedua seri ini sudah terpisah. Aku membaca seri pertama dan kedua dengan selang waktu yang cukup lama. Meski begitu, aku rasa kalian tidak akan menemukan kendala walaupun tidak membaca seri ini secara berurutan.

Kalian akan tetap bisa menikmati cerita yang disuguhkan. Cinta di Dalam Gelas berfokus pada kisah Maryamah atau yang dipanggil juga dengan Enong. Kisah Maryamah sudah dimulai di Padang Bulan, bahkan seingatku sudah diperkenalkan juga di Maryamah Karpov.

Di samping cerita Maryamah, kamu juga akan menemukan kisah mengenai Ikal dan lika-liku pekerjaannya di warung kopi, kopi dan para peminumnya, kehidupan orang melayu, serta catur. Catur memiliki bagian penting dalam novel ini karena dengan caturlah Maryamah akan mendobrak tradisi, melawan mantan suaminya, dan sekali lagi menguasai hal yang tampaknya tak mungkin untuk dia.

Maryamah bisa dibilang karakter yang sangat inspiratif. Kehidupannya berat sejak kecil. Ayahnya meninggal dan karenya dia putus sekolah. Sebagai anak tertua, Maryamah kemudian bekerja mendulang timah untuk membiayai keluarganya. Saat dewasa, adik-adiknya menikah, meninggalkan dia dan ibunya seorang.

Karena tak ingin membuat ibunya mengkhawatirkan dirinya, Maryamah kemudian menikah dengan Matarom. Sayangnya, Matarom bukanlah lelaki baik. Mereka pun akhirnya berpisah. 

Walau ditimpa banyak kesusahan, Maryamah memiliki jiwa yang tangguh. Setelah sekian tahun dia putus sekolah, Maryamah belajar Bahasa Inggris dan lulus sebagai siswa terbaik. Dengan catur pun, dia melakukan hal yang nyaris tidak mungkin. Mempelajarinya dari nol, melawan para pria, dan menghadapi ketakutannya sendiri.

Ide melawan Matarom dalam Kejuaraan Catur 17 Agustus datang begitu saja ketika Maryamah, Ikal, Selamot, dan Giok Nio berkumpul. Ide gila itu terlintas sedetik, tapi keyakinan Maryamah tak tergoyahkan walau banyak orang meragukannya. 

Catur sendiri ternyata memiliki tempat tersendiri di kampung tersebut. Ada tradisi yang sudah berlangsung lama bahwa catur hanya dimainkan oleh lelaki. Kejuaran catur pun hanya diikuti dan dimenangkan oleh lelaki. Tak pernah ada perempuan yang memainkannya, apalagi berkompetisi dengan para lelaki. Maryamah kini datang membawa sebuah ide perubahan. Terbayang bukan, bagaimana kegaduhan yang diciptakan karenanya?

Membaca kisah ini seperti melihat realita yang sering kita hadapi, betul tidak? Untungnya, isu ini tidak menjadi terlalu berat untuk dicerna. Tetap ada humor yang disajikan dan menjadikan Cinta di Dalam Gelas lebih berkesan.

Kisah Ikal dengan Pamannya, daftar pelajaran moral, sakit gila yang terus bertambah (yang menjadi khas Andrea Hirata) cukup untuk membuat aku tertawa. Tidak hanya itu, ada banyak tokoh lain dalam buku dengan sifat dan karakter unik mereka, menjadikan cerita terasa lebih dekat dengan kehidupan kita.

Walau mungkin tokoh-tokoh ini fiktif, bagaimana Andrea menyajikan cerita ini terasa sangat nyata. Tokoh-tokoh ini pun bukan hanya sebagai pelengkap, mereka memiliki kisah mereka sendiri yang siap diceritakan, unik, tidak mudah dilupakan.

Menurutku, Cinta di Dalam Gelas merupakan kisah yang lengkap, ada humor, haru, tegang, dan pelajaran yang bisa kita renungkan. Aku merasa keseluruhan cerita ini sangat ringan, membuatku nyaman, dan sayang harus menyelesaikannya. (Z)

Kutipan Buku  
Aku ingin mengutip sedikit bagian dari buku ini yang kusukai dan menurutku sangat bagus.

“”Beri aku pelajaran yang paling sulit sekalipun, Boi. Aku akan belajar.””

“Darinya, aku mengambil filosofi bahwa belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan; bahwa ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan. Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang bukan penakut.”


Foto: mizanstore

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar