Judul: P.S. I Still Love You
Penulis: Jenny Han
Penerbit: Penerbit Spring
Halaman: 356
Harga: Rp77.000
Terbit: September 2015
Penerbit: Penerbit Spring
Halaman: 356
Harga: Rp77.000
Terbit: September 2015
Pernah terpikir surat yang Anda buat menimbulkan masalah? Kejadian tersebutlah yang menimpa Lara Jean. Walau kalimat tersebut rasanya lebih cocok dijadikan pembukaan untuk buku pertamanya (To All The Boys I’veLoved Before), kejadian yang dimaksud kalimat tersebut masih terhubung dengan buku keduanya, yakni P.S. I Still Love You.
Buku ini hadir
dengan tokoh utama bernama Lara Jean, seorang gadis keturunan Korea yang sudah lama tinggal di
Amerika Serikat. Sebenarnya, aku belum membaca buku pertamanya. Tanpa bermaksud
membaca secara acak, buku yang kubeli ternyata salah cetak atau entah apa pun penyebabnya,
sehingga dari luar merupakan sampul To
All The Boys I’ve Loved Before, tetapi dalamnya merupakan cerita utuh seri
kedua. Terbayang ‘kan bingungnya saat membaca buku ini? Hhe. Aku harus menebak-nebak
konflik dan drama yang ada di buku pertama akibat surat yang seharusnya tidak
dikirimkan tersebut.
Kembali ke buku,
karena aku sudah baca, aku tetap berkeinginan membagi ulasannya, aku harap tidak
ada pemahaman yang salah ya, hhe. Cerita dimulai dengan suasana libur Natal dan
Lara Jean yang ternyata masih bertengkar dengan Peter. Mereka tidak lama
diperlihatkan bermusuhan karena setelahnya mereka pun berbaikan dan kali ini
menjadi pasangan.
Jika di buku
pertama surat yang menjadi topik utama (begitu yang kutangkap dari sinopsisnya),
di buku ini videolah yang menjadi sumber masalah. Video apa? Video tersebut barangkali merupakan hal yang biasa di Amerika, tetapi pasti akan sangat heboh kalau terjadi di
Indonesia. Namun, ternyata video ini cukup memiliki dampak juga bagi Lara Jean
dan Peter, lebih kepada teman-teman mereka yang menjadikannya sebagai bahan
ejekan.
Selain video, ada
juga masalah mengenai persahabatan dan sedikit kisah cinta segitiga. Secara keseluruhan, buku ini
terasa sangat remaja dengan konflik yang mungkin memang akan terjadi di usia
mereka. Aku membaca buku ini (buku yang pertama sebenarnya) dengan harapan dapat
sedikit meringankan pikiran setelah membaca buku dengan tema yang berat dan menurutku buku ini bisa dijadikan salah satu
pilihan.
Tidak ada konflik
yang terlalu besar—kasus video tersebut barangkali memang besar bagi Lara
Jean—hanya percintaan dan konflik remaja. Karena aku tidak membaca buku
pertama, aku tidak terlalu tahu bagaimana hubungan Peter dan Lara Jean, tapi
menjelang pertengahan bab, aku merasa sedikit bosan dengan hubungan mereka,
hhe. Aku justru berharap Lara Jean bisa berakhir dengan John yang juga
merupakan teman sepermainan Lara Jean dan Peter.
John lebih dewasa
dan cerdas, aku mendapat kesan dia seperti karakter kutu buku yang berkembang
menjadi seseorang yang keren tanpa bersikap sok jagoan. Sementara Peter digambarkan
sebagai cowok yang hebat dalam olahraga, terkenal, dan banyak disukai para perempuan.
Namun, Peter untungnya bukan anak nakal yang suka cari masalah, dia masih anak
baik-baik dan sepertinya cukup bertanggung jawab.
Beberapa bagian juga
rasanya ingin aku skip, seperti
cerita Lara Jean yang membantu di panti jompo, walau akhirnya cerita tersebut
menyimpan kejutan juga. Sementara bagian yang paling aku suka, ialah karakter
Kitty, adik Lara Jean yang masih berusia sekitar 10 tahun, serta interaksi Lara
Jean dengan keluarganya, terutama dia, adik, serta kakaknya (yang ketiganya
perempuan). Kitty dengan kepolosan dan kejujurannya dalam menyampaikan sesuatu,
menjadi bagaian yang lucu dan menarik untuk dibaca.
Terakhir, buku ini
masih menyenangkan untuk dinikmati, terlebih rangkaian kalimatnya mudah diikuti.
Salah satu yang akan membuat tidak nyaman saat membaca buku ini barangkali
tampilan halamannya dengan batas margin
yang terlalu kecil. Namun, karena spasi antarparagraf masih cukup lebar, buku
ini masih bisa dibaca dengan baik dan tidak membuat mata cepat lelah. (Z)
Foto: penerbitspring
0 komentar